Seng merupakan unsur yang esensial bagi tanaman dan hewan. Walaupun demikian, rata-rata konsentrasi Seng dalam hijauan rumput adalah rendah yaitu berkisar antara 30-50 mg/kg BK. Sapi yang digembalakan di pastura tanpa mendapatkan pakan tambahan tidak bisa memenuhi kebutuhan Seng (Georgievskii et al., 1982). Berdasarkan hasil observasi di beberapa negara termasuk lndonesia terdapat indikasi defisiensi seng. Defisiensi seng menyebabkan perubahan karakteristik biokimia dan fisiologis pada manusia dan ternak menyangkut kehilangan nafsu makan (Rhains dan Shay, 1995). Suplementasi seng pada sapi perah (Sutrisno, 1983) dan domba (Batubara, 1988) meningkatkan pertumbuhan lernak dan aktivitas enzim fosfatase alkali (Batubara, 1988) serta anhidrase karbonat serum darah (Sutrisno, 1983).
Hartati (1998), menguji supementasi seng pada pedet sapi perah berbobot awal 95,3 ± 11,1 kg dengan menggunakan ransum basal 25% silase pod kakao dan 75% konsentrat dengan kandungan seng 18 ppm. Perlakuan terdiri atas kombinasi empat level suplementasi ZnSO4 (40,5% Zn) sebanyak 0, 25, 50 dan 75 ppm dengan level suplementasi minyak ikan lernuru sebanyak 0, 1,5 dan 3% BK ransum. Suplementasi terbaik dicapai pada level 75 ppm ZnSO4 dengan 1,5% minyak lemuru. Perbandingan tersebut dengan kontrol memperlihatkan penurunan protozoa rumen dan kenaikann bakteri rumen dan peningkatan ekskresi alantoin urin. Perubahan itu menyebabkan kenaikan kecernaan protein dan retensi N. Juga terlihat kenaikan absorpsi Zn yang sejalan dengan kenaikan Prostaglandin (PGE2) dan aktivitas fosfatase alkalis serum darah. Perubahan ini meningkatkan pertumbuhan sapi.
Seng merupakan unsur yang esensial bagi tanaman dan hewan. Walaupun demikian, rata-rata konsentrasi Seng dalam hijauan rumput adalah rendah yaitu berkisar antara 30-50 mg/kg BK. Sapi yang digembalakan di pastura tanpa mendapatkan pakan tambahan tidak bisa memenuhi kebutuhan Seng (Georgievskii et al., 1982). Berdasarkan hasil observasi di beberapa negara termasuk lndonesia terdapat indikasi defisiensi seng. Defisiensi seng menyebabkan perubahan karakteristik biokimia dan fisiologis pada manusia dan ternak menyangkut kehilangan nafsu makan (Rhains dan Shay, 1995). Suplementasi seng pada sapi perah (Sutrisno, 1983) dan domba (Batubara, 1988) meningkatkan pertumbuhan lernak dan aktivitas enzim fosfatase alkali (Batubara, 1988) serta anhidrase karbonat serum darah (Sutrisno, 1983).
Hartati (1998), menguji supementasi seng pada pedet sapi perah berbobot awal 95,3 ± 11,1 kg dengan menggunakan ransum basal 25% silase pod kakao dan 75% konsentrat dengan kandungan seng 18 ppm. Perlakuan terdiri atas kombinasi empat level suplementasi ZnSO4 (40,5% Zn) sebanyak 0, 25, 50 dan 75 ppm dengan level suplementasi minyak ikan lernuru sebanyak 0, 1,5 dan 3% BK ransum. Suplementasi terbaik dicapai pada level 75 ppm ZnSO4 dengan 1,5% minyak lemuru. Perbandingan tersebut dengan kontrol memperlihatkan penurunan protozoa rumen dan kenaikann bakteri rumen dan peningkatan ekskresi alantoin urin. Perubahan itu menyebabkan kenaikan kecernaan protein dan retensi N. Juga terlihat kenaikan absorpsi Zn yang sejalan dengan kenaikan Prostaglandin (PGE2) dan aktivitas fosfatase alkalis serum darah. Perubahan ini meningkatkan pertumbuhan sapi.