Oil meal atau minyak bungkil

Oil meal atau minyak bungkil adalah residu dari hasil pengolahan biji-bijian untuk menghasilkan minyak Bungkil merupakan residu dari ekstraksi minyak (by-produck) hasil pengolahan pabrik pengolahan biji-bijian seperti biji kelapa sawit, biji kedelai dalam pembuatan kecap, minyak biji kedelai. Pada proses pengolahan ini dihasilkan bungkil yang yang merupakan residu dari ekstraksi minyak yang memiliki kandungan protein tinggi (200-500 g/kg) dan ME tinggi. Bungkil termasuk kedalam bahan pakan sumber protein.

Produksi minyak yang besar biasanya menghasilkan produk ikutan berpeluang untuk digunakan sebagai pakan ternak. Pemanfaatan bunbkil dapat dilakukan dalam julah besar akan tetapi tetap memperhatikan faktor pembatas pemanfaatan bahan tersebut seperti pada bungkil kedelai mengandung kontaminasi aflatosin, tripsin inhibitor activity, mengandung enzym urease dan pada bungkil rapeseed mengandung glukosinat dan asam erucat.

Berikut adalah beberapa macam jenis bungkil yang b dapat digunkan sebagai pakan ternak :

1. Bungkil kedelai

Bungkil kedelai tergolong bahan pakan yang mengandung protein tinggi. Kandungan nutrisinya 91% BK; 6,2% abu; 5,9% SK; 4,9% Lemak; 30% BETN; 44% PK (Williamson and Payne, 1993). Bungkil kedelai yang baik biasanya berwarna krem dan teksturnya kasar. Bahan baku bungkil kedelai sering digunakan sebagai pakan ternak, karena disukai ternak unggas dan protein serta energinya sangat tinggi. Kadar asam amino essensial (lisin) sangat menonjol bila secara terpadu digunakan bersama bahan baku jagung. Penggunaan bungkil kedelai dalam komposisi pakan ternak berkisar antara 10%-30% (Rasyaf, 1994).

2. Bungkil kelapa

Bungkil kelapa merupakan bahan makanan ternak yang berasal dari hasil ikutan pabrik minyak kelapa. Dalam ransum digunakan sebagai sumber protein. Hingga saat ini masih banyak penyusunan ransum unggas yang memasukkan bungkil kelapa kedalam campuran ransum yang hendak di buat, nama bungkil kedelai yang tidak asing lagi sehingga bungkil kelapa di golongkan kedalam bahan makanan “yang biasa digunakan” (Rasyaf, 1994). Bungkil kelapa memiliki kandungan protein kasarnya mencapai 20,5 % dan energi metabolis 1.540 kkal/kg.

Penelitian yang dilakukan di Filipina menyebutkan bahwa dalam penyusunan ransum unggas bungkil kelapa tidak digunakan melebihi 20 % (Wahju, 1992).

3. Bungkil Biji Bunga Matahari.

Bunga biji bunga matahari mengandung serat tinggi (11-13%) dan kandungan lysin-nya rendah, mka penggunaanya pada ternak menjadi pada ternak non ruminsia sangat terbatas. Kombinasi protein (40-45%) dan serat yang tinggi membuat bungkil ini cocok untuk ternak ruminansia, terutama ternak perah dan kambing. Perlakuan pemanasan untuk ruminansia menyebabkan penurunan kecernaan protein kasar dalam rumen, sehingga meningkatkan protein by-pass. Bungkil ini mengandung senyawa fenol, yang mampu mempengaruhi palatabilitas dan menurunkan kecernaan protein.

4. Bungkil Biji Kapok

Bungkil biji kapok mengandung preotein 41% rendah akan cystin,metionin, lysin, karoten dan Ca meskipun demikian palatable bagi ruminansia. Bungkil ini mengandung pigmen kuning gosipol, yang beracun bagi ternak non ruminansia, terutama bagi babi dan ayam. Bungkil ini menyebabkan kualitas telur rendah karena kuning telur menjadi hijau.

5. Bungkil Biji Kapas

Bungkil Biji Kapas lebih banyak dipergunakan orang untuk menggemuk tanah daripada sebagai pakan ternak, karena menurut pengalaman peternak mudah menimbulkan sakit perut (Lubis, 1992). Kandungan zat gizinya adalah sebagai berikut ; air 16,1 %; protein 27,4 %; BETN 18,6 %; SK 25,3 %; lemak 5,6 %; abu 7,0 %, kadar protein dapat dicerna 24,7 % dan MP kurang lebih 40 (Kartadisastra, 1997).

*Review by Edi Prayitno, S.Pt

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT Gramedia, Jakarta.

Bambang Agus Murtidjo. 1993. Memelihara Domba. Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Cullison, A.E. 1979. Feed and Feeding. Publishing Company, INC. USA

Kartadisastra, H. R. 1994. Pengolahan Pakan Ayam. Kanisius, Jakarta

Murtidjo. 1995. Kamus Istilah Peternakan. Kanisius. Yogyakarta

Tillman Alen D, Hartadi Hari, Reksohadiprodjo Soedomo, Prawirokusumo Soeharto dan Lebdosoekojo Soekanto, 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

W.G. Pond, D. C. Churrch, K. R. Pond. 1995. Basic animal nutrition and feeding. Publshed by John Wiley and Sons, Inc, Canada.

0 Responses

Oil meal atau minyak bungkil adalah residu dari hasil pengolahan biji-bijian untuk menghasilkan minyak Bungkil merupakan residu dari ekstraksi minyak (by-produck) hasil pengolahan pabrik pengolahan biji-bijian seperti biji kelapa sawit, biji kedelai dalam pembuatan kecap, minyak biji kedelai. Pada proses pengolahan ini dihasilkan bungkil yang yang merupakan residu dari ekstraksi minyak yang memiliki kandungan protein tinggi (200-500 g/kg) dan ME tinggi. Bungkil termasuk kedalam bahan pakan sumber protein.

Produksi minyak yang besar biasanya menghasilkan produk ikutan berpeluang untuk digunakan sebagai pakan ternak. Pemanfaatan bunbkil dapat dilakukan dalam julah besar akan tetapi tetap memperhatikan faktor pembatas pemanfaatan bahan tersebut seperti pada bungkil kedelai mengandung kontaminasi aflatosin, tripsin inhibitor activity, mengandung enzym urease dan pada bungkil rapeseed mengandung glukosinat dan asam erucat.

Berikut adalah beberapa macam jenis bungkil yang b dapat digunkan sebagai pakan ternak :

1. Bungkil kedelai

Bungkil kedelai tergolong bahan pakan yang mengandung protein tinggi. Kandungan nutrisinya 91% BK; 6,2% abu; 5,9% SK; 4,9% Lemak; 30% BETN; 44% PK (Williamson and Payne, 1993). Bungkil kedelai yang baik biasanya berwarna krem dan teksturnya kasar. Bahan baku bungkil kedelai sering digunakan sebagai pakan ternak, karena disukai ternak unggas dan protein serta energinya sangat tinggi. Kadar asam amino essensial (lisin) sangat menonjol bila secara terpadu digunakan bersama bahan baku jagung. Penggunaan bungkil kedelai dalam komposisi pakan ternak berkisar antara 10%-30% (Rasyaf, 1994).

2. Bungkil kelapa

Bungkil kelapa merupakan bahan makanan ternak yang berasal dari hasil ikutan pabrik minyak kelapa. Dalam ransum digunakan sebagai sumber protein. Hingga saat ini masih banyak penyusunan ransum unggas yang memasukkan bungkil kelapa kedalam campuran ransum yang hendak di buat, nama bungkil kedelai yang tidak asing lagi sehingga bungkil kelapa di golongkan kedalam bahan makanan “yang biasa digunakan” (Rasyaf, 1994). Bungkil kelapa memiliki kandungan protein kasarnya mencapai 20,5 % dan energi metabolis 1.540 kkal/kg.

Penelitian yang dilakukan di Filipina menyebutkan bahwa dalam penyusunan ransum unggas bungkil kelapa tidak digunakan melebihi 20 % (Wahju, 1992).

3. Bungkil Biji Bunga Matahari.

Bunga biji bunga matahari mengandung serat tinggi (11-13%) dan kandungan lysin-nya rendah, mka penggunaanya pada ternak menjadi pada ternak non ruminsia sangat terbatas. Kombinasi protein (40-45%) dan serat yang tinggi membuat bungkil ini cocok untuk ternak ruminansia, terutama ternak perah dan kambing. Perlakuan pemanasan untuk ruminansia menyebabkan penurunan kecernaan protein kasar dalam rumen, sehingga meningkatkan protein by-pass. Bungkil ini mengandung senyawa fenol, yang mampu mempengaruhi palatabilitas dan menurunkan kecernaan protein.

4. Bungkil Biji Kapok

Bungkil biji kapok mengandung preotein 41% rendah akan cystin,metionin, lysin, karoten dan Ca meskipun demikian palatable bagi ruminansia. Bungkil ini mengandung pigmen kuning gosipol, yang beracun bagi ternak non ruminansia, terutama bagi babi dan ayam. Bungkil ini menyebabkan kualitas telur rendah karena kuning telur menjadi hijau.

5. Bungkil Biji Kapas

Bungkil Biji Kapas lebih banyak dipergunakan orang untuk menggemuk tanah daripada sebagai pakan ternak, karena menurut pengalaman peternak mudah menimbulkan sakit perut (Lubis, 1992). Kandungan zat gizinya adalah sebagai berikut ; air 16,1 %; protein 27,4 %; BETN 18,6 %; SK 25,3 %; lemak 5,6 %; abu 7,0 %, kadar protein dapat dicerna 24,7 % dan MP kurang lebih 40 (Kartadisastra, 1997).

*Review by Edi Prayitno, S.Pt

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT Gramedia, Jakarta.

Bambang Agus Murtidjo. 1993. Memelihara Domba. Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Cullison, A.E. 1979. Feed and Feeding. Publishing Company, INC. USA

Kartadisastra, H. R. 1994. Pengolahan Pakan Ayam. Kanisius, Jakarta

Murtidjo. 1995. Kamus Istilah Peternakan. Kanisius. Yogyakarta

Tillman Alen D, Hartadi Hari, Reksohadiprodjo Soedomo, Prawirokusumo Soeharto dan Lebdosoekojo Soekanto, 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

W.G. Pond, D. C. Churrch, K. R. Pond. 1995. Basic animal nutrition and feeding. Publshed by John Wiley and Sons, Inc, Canada.

Usaha sampingan inspiratif