Silase adalah bahan yang dihasilkan dari fermentasi hijauan berkadar air tinggi (60-70%) melalui proses yang disebut ensilase dalam tempat penyimpanan yang disebut silo (McDonald, 1981). Orskov (1988) menambahkan bahwa ensilase merupakan proses penyimpanan hijauan yang bersifat anaerob dimana asam laktat diproduksi saat fermentasi yang menyebabkan pH turun hingga ke tingkat penurunan yang cukup bagi perkembangan mikroorganisme pemecah asam laktat dan asam amino membentuk asam butirat, amonia dan produk degradasi lain. Ensilase terjadi dalam 2 kondisi yaitu kondisi aerob yang biasanya berjalan 4-6 jam dan kondisi anaerob setelah oksigen habis dipakai (Foley et al., 1973).
Fermentasi dapat berjalan dengan baik dalam kondisi aerob maupun anaerob dan didominasi oleh bakteri penghasil asam laktat yang bersifat fakultatif anaerob (McDonald, 1981). Cullison (1979) menjelaskan bahwa proses fermentasi terjadi pada kondisi anerob dan kelembaban tinggi. Hal ini menyebabkan bakteri pembentuk asam laktat yang semula dalam jumlah sedikit akan berkembang biak mencapai ratusan juta bakteri per gram hijauan pada 3 sampai 5 hari pertama ensilase (Foley et al., 1973).
Tahapan ensilase ada 5 yaitu: 1). Hijauan mengalami proses respirasi menghasilkan panas dan CO2 sampai proses respirasi terhenti. Respirasi aerob oleh hijauan akan mengurangi O2 dalam silo dan menyebabkan kondisi anaerob, proses ini berlangsung selama 3 sampai 5 hari pertama, 2). Fase asam asetat dan asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat, 3). Peningkatan konsentrasi asam dengan bertambahnya bakteri penghasil asam laktat, 4). Penurunan bakteri pembentuk asam asetat karena bakteri asam asetat tidak dapat hidup di lingkungan dengan keasaman yang tinggi dan kerja mikrobia akan terhenti, 5). Apabila asam laktat dan asetat tersedia cukup, tidak akan terjadi perubahan lebih lanjut tetapi jika pH terlalu rendah, asam butirat yang dihasilkan akan bereaksi dengan bahan yang diawetkan sehingga terjadi pembusukan, karena asam amino dan protein akan berubah menjadi amonia dan amina yang akan menurunkan kualitas silase (Foley et al., 1973).
Ensminger (1992) menyatakan bahwa kombinasi produk akibat aktivitas mikroorganisme dalam ensilase adalah 1). Karbohidrat nonstruktural, khususnya gula diubah menjadi asam laktat, asam asetat, beberapa asam lain, alkohol dan karbondioksida; 2). Protein tanaman dipecah menjadi peptida, amonia, asam amino dan amina; 3). Apabila keasaman cukup tinggi, bakteri mati dan silase stabil, pH silase turun serendah 3,5-4,6 untuk jagung dan atau sereal 4,0-5,0 untuk rumput dan legume. Silase dapat dibuat dari berbagai hijauan pakan. Karakteristik tanaman yang ideal untuk disimpan sebagai silase adalah 1). Mempunyai kepekaan substrat untuk difermentasi dalam bentuk RAC (”Ready Available Carbohydrate”), 2). Tanaman juga sebaiknya mengandung BK dalam tanaman segar kurang lebih 20% (McDonald, 1981). Bakteri yang memfermentasikan karbohidrat mempunyai ciri yaitu memproduksi asam laktat. dengan jumlah bakteri asam laktat 7,6 x 106 dalam silase. Lactobacillus bulgaricus merupakan salah satu bakteri penghasil asam laktat yang dapat digunakan sebagai starter dalam pembuatan silase. Rahman et al., (1992) menyatakan bahwa Lactobacillus bulgaricus merupakan bakteri berbentuk batang, tumbuh pada suhu 15-45oC, tidak tahan garam, merupakan bakteri asam laktat homofermentatif terutama mengubah glukosa menjadi asam laktat.
Proses pembuatan silase dapat dipercepat dengan penambahan bahan aditif berupa karbohidrat mudah dicerna. Karbohidrat mudah dicerna (RAC = ”Readily Available Carbohydrate”) yang ditambahkan dalam pembuatan silase berguna untuk menambah sumber energi bagi bakteri asam laktat (McDonald, 1981). Dedak padi kaya akan karbohidrat mudah dicerna sehingga dapat digunakan sebagai aditif dalam membuat silase. Harold dan Darrel (1972) menjelaskan bahwa penambahan bahan aditif pada pembuatan silase mampu memudahkan terbentuknya suasana asam dengan derajat keasaman yang optimum. Karakteristik silase yang baik menurut Ranjhan (1980) adalah : bau asam, tidak berjamur, berwarna hijau kekuningan, asam lemak mudah terbang lebih kecil dibandingkan asam laktat, produksi amonia dibawah 10% dari total N, konsentrasi asam butirat kurang dari 0,2%. Menurut McIlroy (1976) kualitas silase yang baik mempunyai ciri-ciri antara lain 1). PH 4,2; 2). Kandungan asam laktat 1,5-2,5%; 3). Kandungan asam butirat 0,1%; 4). Kandungan asam asetat 0,5-0,8%; dan 5). Kandungan N-NH3 5-8%.
*Review by Edi Prayitno, S.Pt
DAFTAR PUSTAKA
McDonald, P. 1981. The Biochemistry of Silage. John Wiley and Sons Ltd.,
Orskov, E. R. 1992. Protein Nutrition in Ruminant. 2nd Ed. Academic Press, Harcout Brace Jovanovich Publisher,
Foley, R.C., D.L. Bath, F.N. Dickinson., and H.A. Tucker. 1973. Dairy Cattle Principles, Practices, Problem and Profits. Lea and Febiger,
Cullison. A. E. 1979. Feeds and Feeding. 2nd Ed. Reston Publishing Co. Inc.
Ensminger, M. E. 1992. Animal Science. 6th Ed. The Interstate and Publisher, Inc.
Harold, D.H. and S.M. Darrel. 1972. Crop Production 2nd Ed. Macmilan Publising Co., Inc.,
Ranjhan, S. K. 1980. Animal Nutrition in Tropics. 2nd Ed. Vikas Publishing House PVT Ltd.,
McIlroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradya Paramita, Jakarta (Diterjemahkan oleh TIM IPB).
Silase adalah bahan yang dihasilkan dari fermentasi hijauan berkadar air tinggi (60-70%) melalui proses yang disebut ensilase dalam tempat penyimpanan yang disebut silo (McDonald, 1981). Orskov (1988) menambahkan bahwa ensilase merupakan proses penyimpanan hijauan yang bersifat anaerob dimana asam laktat diproduksi saat fermentasi yang menyebabkan pH turun hingga ke tingkat penurunan yang cukup bagi perkembangan mikroorganisme pemecah asam laktat dan asam amino membentuk asam butirat, amonia dan produk degradasi lain. Ensilase terjadi dalam 2 kondisi yaitu kondisi aerob yang biasanya berjalan 4-6 jam dan kondisi anaerob setelah oksigen habis dipakai (Foley et al., 1973).
Fermentasi dapat berjalan dengan baik dalam kondisi aerob maupun anaerob dan didominasi oleh bakteri penghasil asam laktat yang bersifat fakultatif anaerob (McDonald, 1981). Cullison (1979) menjelaskan bahwa proses fermentasi terjadi pada kondisi anerob dan kelembaban tinggi. Hal ini menyebabkan bakteri pembentuk asam laktat yang semula dalam jumlah sedikit akan berkembang biak mencapai ratusan juta bakteri per gram hijauan pada 3 sampai 5 hari pertama ensilase (Foley et al., 1973).
Tahapan ensilase ada 5 yaitu: 1). Hijauan mengalami proses respirasi menghasilkan panas dan CO2 sampai proses respirasi terhenti. Respirasi aerob oleh hijauan akan mengurangi O2 dalam silo dan menyebabkan kondisi anaerob, proses ini berlangsung selama 3 sampai 5 hari pertama, 2). Fase asam asetat dan asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat, 3). Peningkatan konsentrasi asam dengan bertambahnya bakteri penghasil asam laktat, 4). Penurunan bakteri pembentuk asam asetat karena bakteri asam asetat tidak dapat hidup di lingkungan dengan keasaman yang tinggi dan kerja mikrobia akan terhenti, 5). Apabila asam laktat dan asetat tersedia cukup, tidak akan terjadi perubahan lebih lanjut tetapi jika pH terlalu rendah, asam butirat yang dihasilkan akan bereaksi dengan bahan yang diawetkan sehingga terjadi pembusukan, karena asam amino dan protein akan berubah menjadi amonia dan amina yang akan menurunkan kualitas silase (Foley et al., 1973).
Ensminger (1992) menyatakan bahwa kombinasi produk akibat aktivitas mikroorganisme dalam ensilase adalah 1). Karbohidrat nonstruktural, khususnya gula diubah menjadi asam laktat, asam asetat, beberapa asam lain, alkohol dan karbondioksida; 2). Protein tanaman dipecah menjadi peptida, amonia, asam amino dan amina; 3). Apabila keasaman cukup tinggi, bakteri mati dan silase stabil, pH silase turun serendah 3,5-4,6 untuk jagung dan atau sereal 4,0-5,0 untuk rumput dan legume. Silase dapat dibuat dari berbagai hijauan pakan. Karakteristik tanaman yang ideal untuk disimpan sebagai silase adalah 1). Mempunyai kepekaan substrat untuk difermentasi dalam bentuk RAC (”Ready Available Carbohydrate”), 2). Tanaman juga sebaiknya mengandung BK dalam tanaman segar kurang lebih 20% (McDonald, 1981). Bakteri yang memfermentasikan karbohidrat mempunyai ciri yaitu memproduksi asam laktat. dengan jumlah bakteri asam laktat 7,6 x 106 dalam silase. Lactobacillus bulgaricus merupakan salah satu bakteri penghasil asam laktat yang dapat digunakan sebagai starter dalam pembuatan silase. Rahman et al., (1992) menyatakan bahwa Lactobacillus bulgaricus merupakan bakteri berbentuk batang, tumbuh pada suhu 15-45oC, tidak tahan garam, merupakan bakteri asam laktat homofermentatif terutama mengubah glukosa menjadi asam laktat.
Proses pembuatan silase dapat dipercepat dengan penambahan bahan aditif berupa karbohidrat mudah dicerna. Karbohidrat mudah dicerna (RAC = ”Readily Available Carbohydrate”) yang ditambahkan dalam pembuatan silase berguna untuk menambah sumber energi bagi bakteri asam laktat (McDonald, 1981). Dedak padi kaya akan karbohidrat mudah dicerna sehingga dapat digunakan sebagai aditif dalam membuat silase. Harold dan Darrel (1972) menjelaskan bahwa penambahan bahan aditif pada pembuatan silase mampu memudahkan terbentuknya suasana asam dengan derajat keasaman yang optimum. Karakteristik silase yang baik menurut Ranjhan (1980) adalah : bau asam, tidak berjamur, berwarna hijau kekuningan, asam lemak mudah terbang lebih kecil dibandingkan asam laktat, produksi amonia dibawah 10% dari total N, konsentrasi asam butirat kurang dari 0,2%. Menurut McIlroy (1976) kualitas silase yang baik mempunyai ciri-ciri antara lain 1). PH 4,2; 2). Kandungan asam laktat 1,5-2,5%; 3). Kandungan asam butirat 0,1%; 4). Kandungan asam asetat 0,5-0,8%; dan 5). Kandungan N-NH3 5-8%.
*Review by Edi Prayitno, S.Pt
DAFTAR PUSTAKA
McDonald, P. 1981. The Biochemistry of Silage. John Wiley and Sons Ltd.,London .
Orskov, E. R. 1992. Protein Nutrition in Ruminant. 2nd Ed. Academic Press, Harcout Brace Jovanovich Publisher,London .
Foley, R.C., D.L. Bath, F.N. Dickinson., and H.A. Tucker. 1973. Dairy Cattle Principles, Practices, Problem and Profits. Lea and Febiger,Philadelphia .
Cullison. A. E. 1979. Feeds and Feeding. 2nd Ed. Reston Publishing Co. Inc.Reston , Virginia .
Ensminger, M. E. 1992. Animal Science. 6th Ed. The Interstate and Publisher, Inc.Danville , Illinois .
Harold, D.H. and S.M. Darrel. 1972. Crop Production 2nd Ed. Macmilan Publising Co., Inc.,New York .
Ranjhan, S. K. 1980. Animal Nutrition in Tropics. 2nd Ed. Vikas Publishing House PVT Ltd.,New Delhi .
McIlroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradya Paramita, Jakarta (Diterjemahkan oleh TIM IPB).